🏉 Bertolak Ke Tempat Yang Lebih Dalam

IbadahMinggu 11 Juli 2021 "Bertolak ke Tempat Lebih Dalam" - Pdt Simon Liem. Ibadah Minggu 11 Juli 2021 "Bertolak ke Tempat Lebih Dalam" - Pdt Simon Liem. Soloposcom, JAKARTA — Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana beserta delegasi, bertolak menuju Tokyo, Jepang, setelah melakukan serangkaian pertemuan dengan Perdana Menteri China Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Selasa (26/7/2022). Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Pesawat Rr Cornea Khairany. 25 September 2021 1.32 AM · Bacaan 2 menit. Kontingen wushu Sumatera Utara bertolak menuju Merauke pada Sabtu (25/9) untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) PON XX di Papua. Keberangkatan kontingen yang berkekuatan 25 atlet, pelatih dan ofisial itu dilepas oleh Kadispora Sumut Ardan Noor beserta Ketua Umum KONI Sumut Yesusberkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." DALAM bacaan Minggu lalu (Lukas 4:21-30), kita berjumpa dengan Yesus Kristus yang mengajar banyak orang di sinagoga di Nazareth. Hari ini kita membaca bahwa Yesus menghadapi banyak orang di danau dan di sana Ia mengajar mereka. PenjelasanPencipta manusia tentang manusia banyak terdapat dalam al-Qur'an yang menjadi salah satu sumber pengetahuan, juga sebagai hudan li al-nâs (petunjuk bagi manusia) 36 dalam memahami 33 B. Kolb dalam Andrew Newberg dan Mark Waldman, Persoalan ini dapat dipahami dari pernyataan Aristoteles, St. Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa Jadijumlahnya dalam 75 minit sehala. Balik pun lebih kurang sama. Jadi dalam sehari, saya luangkan masa selama 2 jam 30 minit ulang-alik ke tempat kerja. Rakan sekerja di Singapura cerita dia ambil masa 90 minit sehala untuk pergi/balik ke tempat kerja. Jadi sehari habis 3 jam dalam bas untuk pergi dan balik ke tempat kerja. JAKARTA Komisi Kepolisian Nasional bertolak ke Jambi untuk mendatangi keluarga Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.. Brigadir J merupakan sopir dari istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, PC, yang tewas dalam baku tembak di rumah Sambo.. Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto mengaku mendapat banyak penjelasan dari keluarga Brigadir J dalam kunjungan itu. PerkataanYesus tersebut menjadi gambaran bagi kita bahwa untuk memperoleh sesuatu yang berlimpah harus berani bertolak ke tempat yang lebih dalam. Simon yang pada awalnya penjala ikan dipanggil Allah untuk menjadi penjala manusia. Dipanggil untuk mewartakan firman Allah kepada orang-orang yang belum mengenal atau percaya kepada Allah. Padapagi berikutnya, kami menaiki kereta api yang menuju ke Lviv. Terdapat 16 orang dalam gerabak kereta api yang kami naiki. Biasanya hanya empat orang yang dapat muat dalam gerabak itu dengan selesa. Saya berdiri di koridor sepanjang perjalanan kerana itulah satu-satunya tempat yang ada peredaran udara. Pada 16 Mac, kami sampai di Lviv. SabdaTuhan kepada murid-murid-Nya di pantai danau Galilea 2.000 tahun yang lalu, terdengar nyaring sekarang ini pula, "Bertolaklah ke tempat yang dalam.!". Dengan kata-kata tersebut kita diajak untuk memberi makna mendalam pada peristiwa kebersamaan kita, ketika kita merayakan Tahbisan Uskup sebagai peristiwa iman Gereja. Kemungkinanjuga lebih banyak perusahaan sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang SDGs dan merasa lebih nyaman dalam menanganinya dalam pelaporan keberlanjutan mereka," katanya. Maya juga memaparkan, berdasarkan laporan Pipeline: Equity for All Report 2019, setiap 10 persen peningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja, pemasukan BertolakKe Tempat Yang Lebih Dalam Ruteng (Inmas) - Kepala Seksi Pendidikan Katolik, Marselinus Jebaru, SS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai membuka kegiatan Pembinaan Kompetensi Guru PAK tingkat Kabupaten Manggarai, Sabtu 14 September 2019 di aula Kantor Kementerian Agama Kab. yxNOnt4. Doktrin adalah ajaran resmi Gereja yang hendaknya diterima sebagai suatu kebenaran iman yang bisa mengantar umat pada suatu Kebenaran sejati, yakni Allah yang berkarya dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus, yang diramu dalam bahasa manusia sesuai dengan konteks zaman. Sebuah doktrin dikatakan benar sejauh tidak melenceng dari sumber iman kita yakni Kitab Suci. Sebagai sebuah penuntun, doktrin diharapkan bisa menjadi bagaikan suluh bagi umat beriman dalam kegelapan zaman agar umat beriman tetap berada pada jalan yang benar hingga akhirnya bisa tiba pada tujuan akhir dari perjalanan hidupnya yakni persatuan abadi dalam kebahagiaan kekal bersama dengan Allah Tritunggal. Maka, doktrin bukan sekadar aturan-aturan, pernyataan, atau propoisi mati, melainkan sesuatu yang hidup. Mengapa hidup? Karena ia membantu umat beriman dalam hidupnya dan mengantar umat beriman pada kehidupan. Maka, dalam arti tertentu, doktrin menjadi sesuatu yang menghidupkan. Sebagai sebuah ajaran, doktrin mengalami perkembangan. Karl Popper mengatakan, “Ajaran yang sejati adalah ajaran yang terbuka terhadap verifikasi dan falsifikasi”. Bagi penulis, doktrin Gereja dalam arti tertentu terbuka terhadap verifikasi dan falsifikasi dalam perkembangannya yang hadir dalam sejarah manusia yang selalu berubah. Ajaran mengenai Kristologi, misalnya, memiliki perkembangan mulai dari zaman patristik, abad pertengahan, abad pencerahan, kontemporer, hingga dalam konteks pluralitas agama dunia. Jadi, verifikasi dan falsifikasinya, dalam bahasa Popper, terletak pada daya-guna menghadapi tantangan zaman. Ibaratnya sebuah masakan, bahan-bahan yang ada beserta bumbu-bumbunya perlu diracik sedemikian rupa agar sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen tanpa mengubah bahan pokoknya. Sebagai sebuah ajaran autoritatif, sebuah doktrin memiliki tingkatan hirarkis perihal mana yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi di atas yang lain, karena tidak semua doktrin memiliki derajat yang sama. Konstitusi dalam Konsili Vatikan, misalnya, memiliki derajat yang lebih tinggi dari ensiklik dan anjuran apostolik yang dikeluarkan oleh seorang paus. Yang lebih penting lagi ialah, sebuah doktrin selalu sejalan dengan apa yang diwartakan oleh kitab suci dan telah diimani oleh para rasul. Maximus Confessor Dalam hal kesaksian, Maximus adalah seorang martir yang diakui di Gereja Timur. Lidah dan tangannya dipotong karena tetap mempertahankan doktrin yang benar. Melalui tindakannya ini, ia memberi sebuah sumbangan yakni doktrin yang sejati adalah sebuah kesaksian hidup akan iman, bahkan jika iman yang benar itu harus mempertaruhkan nyawa. Melalui kisah hidupnya, kita dapat terinspirasi bahwa doktrin adalah sebuah kesaksian hidup. Dalam hal ajaran, Maximus berupaya menyapa konteks umat pada saat itu dengan menguraikan identitas Yesus sebagai Tuhan sebagaimana yang diimani dalam itilah-istilah yang lazim pada saat itu, misalnya menguraikan tentang Logos, being, well being, dan eternal being. Maximus mau menggunakan bahasa yang lazim pada zamannya untuk menyapa umat sesuai dengan konteks hidupnya. Dalam hal kekhasan, Maximus menekankan tentang pedagogi untuk membahasakan ajaran iman. Salah satu yang terkenal ialah mistagogi, sebuah istilah yang berakar dari dua kata “mysterium” dan “paidagogos”. Dari sini kita bisa terinspirasi bahwa suatu doktrin memiliki kekhasan, dan kekhasan itu tidak terlepas dari konteksnya. St. Agustinus Agustinus mengajarkan bahwa sebuah doktrin sejatinya juga berakar dari sebuah pengalaman eksistensial. Sebuah doktrin bukan sesuatu yang mengawang-awang, tetapi sesuatu yang berasal dari hal yang sangat dasariah yakni pengalaman disapa dan disentuh bahkan dibersihkan oleh Tuhan dalam hidup. Maka, sebuah doktrin sejatinya merupakan bahasa dari pengalaman iman eksistensial akan karya penyelamatan Allah dalam diri manusia. Dalam hal ini, hati nurani yang diterangi oleh wahyu ilahi dalam tuntunan Sabda yang benar memiliki peranan penting. Maka, boleh dikatakan bahwa menurut Agustinus, doktrin merupakan wujud bahasa hati. St. Thomas Aquinas Dalam hal pertanggung-jawaban, Thomas Aquinas mengajarkan bahwa doktrin itu bukan sesuatu yang mengada-ada. Doktrin itu bukan sebuah ilusi. Doktrin semestinya berasal dari akal budi dan bisa dipertanggungjawabkan oleh nalar manusia. Maka, sebuah doktrin harus memiliki dasar-dasar logis berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Dalam hal ini, rasio memegang perana penting, khususnya dalam hal pertanggung-jawaban iman. Berkaitan dengan hal tersebut, bahasa iman harus terwujud dalam struktur yang jelas sesuai dengan kaidah yang diterima oleh nalar manusia, karena bagaimana pun juga iman membutuhkan pemahaman. Martin Luther Dari Marthin Luther, kita bisa belajar bagaimana mesti kembali kepada sumber dari doktrin itu sendiri yakni Kitab Suci. Banyaknya buah pemikiran dan teori dalam Gereja oleh para intelektual tidak jarang membuat kita terlena, sehingga melupakan apa yang semestinya menjadi sumber utama iman kita, yakni Kitab Suci. Gerakan kembali ke sumber menjadi poin penting yang ditawarkan oleh Luther. Bagaimanapun juga, Kitab Suci menempati peranan yang sangat sentral dalam perkembangan doktrin. Selain itu, gerakan Luther juga mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan iman eksistensial yang bekembang dalam hidup umat beriman agar lebih menyapa. Dengan demikian, doktrin bisa menjadi semacam ramuan yang sungguh berkhasiat bagi setiap insan yang sedang bergulat dengan berbagai macam kelemahan rohaninya. Konsili Trente Konsili Trente yang melawan Luther mengingatkan kita, bahwa bagaimana pun juga, Kitab Suci sebagai sumber tetap membutuhkan sebuah tafsiran autoritatif, sehingga kita masih membutuhkan para Bapa Gereja sebagai orang-orang yang masih dekat dengan para rasul. Maka, tradisi tetap memiliki peranan penting. Konsili Trente juga mengingatkan bahwa iman yang eksistensial tidak boleh melangkahi apa yang menjadi iman bersama, iman komunal, iman Gereja universal. Maka, sebuah doktrin seharusnya merupakan bahasa yang mengungkapkan iman Gereja secara universal sesuai dengan Kitab Suci dan ajaran para rasul. Bagaimana suatu ajaran atau pemikiran seseorang menjadi doktrin? Suatu ajaran bisa menjadi doktrin jika Sejalan dengan apa yang diwartakan oleh Kitab Suci Bagaimanapun juga Kitab Suci tetap memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan doktrin. Kitab Suci adalah bertentangan dengan inti keyakinan iman para rasul dan Tradisi Suci sebuah doktrin mesti selalu ada dalam koridor yang telah diimani oleh Gereja sejak awal. Sebuah doktrin tidak jatuh dari langit tetapi lahir dalam sejarah perkembangan iman umat menyapa dan menjawab tantangan iman umat sesuai dengan konteks Sebuah doktrin lahir dalam sejarah dalam konteks tertentu demi menjawab suatu persoalan tertentu berkaitan dengan pergulatan iman umat. Diterima secara umum, diakui oleh otoritas berwenang, dan tidak menimbulkan skandal dalam kehidupan umat konteks hidup Gereja, doktrin dinyatakan benar dan disahkan oleh kekuasaan tinggi Gereja sebagai legitimasi atas autoritas ajaran. MR Pabubung Kamis, 3 September 2020 Bacaan Injil Lukas 51-11 Yesus berkata kepada Simon “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. Simon menjawab “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Lukas 54-5 Ada seorang pemuda menyelesaikan kuliah S1-nya tujuh tahun lamanya. Dia sempat sharing kalau lebih enak jadi mahasiswa daripada harus bekerja. Jadi mahasiswa itu belum terikat pada jadwal jam kerja harian dan keharusan untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan serta hubungan komunikasi dengan bos, karyawan lain, customer yang tidak selalu berjalan mulus. Jadi mahasiswa juga masih bisa bangun siang kalau jam kuliahnya siang atau sore hari. Masih bisa “main”, jalan-jalan, kumpul-kumpul dengan teman. Tanggung jawabnya pun sebatas menghadiri kuliah, mendengar dosen ceramah di kelas, mencari buku-buku kuliah, mengerjakan tugas-tugas kuliah, UTS, UAS. Tetapi berbeda dengan orang yang sudah bekerja, ia memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya, hubungan dengan atasan, sesama rekan kerja, bawahan yang harus dijaga baik-baik kalau ia mau tetap dipertahankan bekerja di salah satu perusahaan tempatnya bekerja. Dalam bacaan injil hari ini Yesus menyuruh Petrus untuk “bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan“. Jika dipikirkan lebih kritis, bagaimana mungkin seorang anak tukang kayu yang hidupnya jauh dari pantai mengatakan kepada orang yang berprofesi sebagai nelayan,“bertolaklah ke tempat lebih dalam dan tebarkanlah jalamu“? Pada awalnya Simon merasa ragu akan perkataan Yesus tersebut karena sudah satu malam menjala ikan tetapi tidak mendapatkan apapun. Selain itu, Yesus menyuruh Simon menjala ikan sesudah matahari terbit atau tengah hari. Akan tetapi karena ketaatannya kepada Yesus dan karena Yesus sendiri yang mengatakan, dia bersama teman-temannya berangkat ke tengah danau untuk menjala ikan. Setelah mereka menebarkan jala, mereka menangkap sejumlah ikan besar sehingga jala mereka mulai koyak. Pelajaran yang bisa kita renungkan bersama melalui kisah Injil hari ini adalah kesediaan untuk bertolak ke “tempat yang lebih dalam”. Tempat yang “dalam” di dalam kehidupan kita sehari-hari bisa dipahami sebagai tempat yang penuh dengan tantangan, ancaman, ketidakpastian, tetapi juga mengandung peluang. Banyak orang yang takut, enggan, tidak mau melangkah ke tempat yang dalam karena rasa takut yang ada pada dirinya. Banyak orang hanya mau berhenti pada tempat yang tidak terlalu dalam, karena tempat itu dirasa nyaman, sudah kita kuasai, sedikit mengandung resiko. Demikian pula siswa kerapkali hanya berhenti menggali pengetahuan sebatas apa yang diajarkan oleh guru mereka. Tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya sendiri sebagai akibat dari studi mendalam terhadap materi pelajaran yang ia ambil, karena takut untuk ditentang, tidak disetujui, ditertawakan, dianggap tidak berkualitas pemikirannya. Selama rasa takut itu menyelimuti diri siswa tadi, selama itu pulalah dirinya tidak akan menemukan hal-hal yang baru di dalam pengetahuan dan keterampilannya. REFLEKSI Apakah selama ini kita mengikuti suara Tuhan yang ada dalam hati kita, atau ikut-ikutan dengan orang lain yang salah karena takut dianggap sok suci dan sok hebat? DOA Allah Tuhan kami ajarkan kami selalu agar kami selalu mengikuti hati nurani kami sebagai suaraMu dalam bertindak. Demi Kristus Tuhan kami. Amin. AKSI Mari kita selalu mengikuti suara hati kita untuk berbuat yang terbaik bagi sesama. Sumber Renungan BKSN Komisi Kateketik KAJ

bertolak ke tempat yang lebih dalam